Dalam kesempatan tersebut, Wamen Fahri mengajak mahasiswa untuk mengambil peran aktif dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan perumahan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank, Indonesia masih menghadapi tantangan besar di sektor kesejahteraan dan hunian.
Tercatat terdapat Sekitar 1 juta keluarga hidup dalam kemiskinan ekstrem,
Sekitar 10 juta keluarga tergolong miskin, serta
Jutaan keluarga lainnya berada di kategori rawan miskin.
Pemerintah melalui Kementerian PKP menargetkan pembangunan dan renovasi tiga juta rumah per tahun yang dapat menampung 9–10 juta jiwa. Saat ini, jumlah kebutuhan perumahan di Indonesia antara lain 20 juta keluarga ingin melakukan renovasi rumah, Sekitar 10 juta keluarga belum memiliki rumah dan 6 juta keluarga tidak memiliki rumah dan tinggal di hunian tidak layak.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pemerintah menyiapkan tiga langkah strategis yaitu Renovasi dua juta rumah, Revitalisasi kawasan pesisir dan tepian sungai dan terakhir Pembangunan perumahan di lokasi-lokasi yang berdekatan sesuai dengan tempat kerja.
Wamen Fahri menekankan pentingnya peran generasi muda, khususnya mahasiswa vokasi, dalam menghadirkan solusi melalui inovasi dan kewirausahaan, termasuk di bidang perumahan. Ia mengingatkan bahwa perkembangan teknologi dan artificial intelligence akan mengubah banyak jenis pekerjaan, namun nilai kemanusiaan tetap menjadi kunci keberhasilan pembangunan.
“Mahasiswa harus menjaga kepedulian, tidak egois, dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa. Selama pejuang jaket kuning berdiri, Republik ini akan bertahan dan menjadi kuat. Mari kita bekerja sama, belajar, bekerja, dan berdoa demi masa depan bersama,” pesan Wamen Fahri menutup kuliah umum.